Dan di antara manusia ada yang berkata”Kami beriman kapada Allah dan hari akhir” padahal sesunggunnya mereka itu bukanlah orang-orang beriman”(QS:2:8).
Dalam ayat ini Allah memberikan sindiran sekaligus peringatan bahwa dalam satu masyarkat, komunitas dan bangsa akan selalu ada orang-orang, golongan dan pihak-pihak yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhirat serta mengusung-usung nama Tuhan dan agama kedalam ruang publik untuk mendukung kepentingan mereka. Agama dijadikan pembenaran atas segala tindakan dan egoisme mereka.
Agama yang pada hulunya adalah suci, ditengah-tengah masyarakat telah menjadi kotor dan terkena polusi, ia tidak lagi ditempatkan pada posisi seharusnya sebagai doktrin pembawa kedamaian dan keselamatan, tetapi agama dinistakan oleh hasrat duniawi.Bahkan mereka tidak segan-segan bersumpah atas nama Tuhan dan agama untuk memenuhi segala nafsu syahwat keduniawian dan kepentingan pribadi mereka. Fenomena itu dapat dan selalu kita saksikan hari ini, baik itu dilakukan oleh seorang tokoh yang seharusnya berwasiat dengan takwa dan penuh kesabaran, maupun yang dilakukan institusi-institusi yang membawa simbol-simbol keagamaan. Agama ditengah-tengah masyarakat telah ditarik kesana sini oleh politikus, teroris, penguasa dan bahkan oleh ulama (ulama palsu) untuk justifikasi kepentingan tindakan mereka tidak lagi menjadikan agama sebagai nasehat pada hal Rasusullah SAW mengatakan bahwa agama itu adalah sebagai sumber nasehat.
Pertanyaanya kenapa fenomena itu terjadi dan ada orang yang bertindak seperti itu, maka Allah menjelaskan dalam ayat berikutnya:”Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakit itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, kerena mereka berdusta.(QS:2:10). Ini adalah sebuah sindiran dari Allah bahwa terhadap orang-orang yang mengaku beriman secara verbal sedangkan hati mereka tidak, atau orang yang mengusung nama Tuhan dan Agama untuk kepentingan ego pribadi mereka yang bersifat semu, kata Allah sebenarnya dalam hati mereka itu ada penyakit, jiwa mereka itu “tandus” , kering kerontang dari nilai-nilai hakiki dari sebuah keimanan, agama dan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam jiwa yang tandus, kering dan kerontang sudah tentu benih iman tidak akan bisa tumbuh.Cahaya dan hidayah Allah hanya bisa tumbuh pada persemaian, hati dan jiwa yang suci yang senantiasa disiram dengan air iman yang hakiki bukan iman yang palsu dan munafik. Dan sebagai akibat masyarakat yang jiwanya tandus dari unsur iman, mereka cendrung berbuat kerusakan dimuka bumi, kerusakan dan keresahan sosial, dan pencemaran lingkungan. Mereka tidak mau menerima nasehat dari ulama bahkan malah melecehkan ulama dengan logika mereka mengaku sebagai orang yang berbuat baik dan lebih rasional.
Hati yang merupakan persemaian yang subur bagi iman telah diracuni oleh nafsu duniawi, kekuasan, dan harta benda .Hati nurani tidak lagi dijadikan sebagai nahkoda menjalankan fungsi manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Maka terhadap orang-orang dan masyarkat yang tandus itu Allah memberikan ancaman yang pedih-- sendainya mereka tidak cepat kembali menyirami hati mereka dengan air iman, Islam dan ihsan, maka Allah mengancam akan memberikan azab yang yang pedih karena kebohongan yang mareka lakukan.Na’u zu bi Allah min qulubihim marâdhun(Kami mintak tolong kapada Allah dari hati yang tandus).
Oleh:Nofrianto
No comments:
Post a Comment